Rabu, 17 September 2014

Potensi Budidaya Ikan dari Jenis Perikanan Darat

1 comment
Selama ini, aktivitas perikanan tangkap mendominasi pembangunan perikanan nasional. Secara politik, kondisi ini memposisikan perikanan darat/perairan umum (sungai, situ, danau dan rawa) sebagai kelas dua, maka aktivitas perikanan darat mandek. Revitalisasi perikanan hanya mengutamakan pertambakan udang, dan budidaya laut yaitu rumput laut dan ikan karang, padahal perikanan darat memiliki keunggulan dan keunikan tersendiri. Harusnya, pemerintah memberikan porsi yang seimbang antara keduanya.

Perikanan darat memiliki keunggulan dan keunikan dalam pengembangannya. Pertama, potensinya memiliki varitas/jenis yang bersifat endemik. Contohnya, ikan bilih (Mystacoleuseus padangensis) yang di dunia hanya terdapat danau Singkarak, Sumatera Barat, juga ikan jenis lawat (Leptobarbus hoevanii), baung (Mystus planices), belida (Chitala lopis), dan tangadak (Barbodes schwanenfeldi) di Danau Sentarum Kalimantan Barat dan sungai-sungai pulau Sumatera, nike-nike di Danau Tondano, Sulawesi Utara dan ikan gabus asli (Oxyeleotris heterodon) Danau Sentani di Papua.

Kedua, keberadaan ikan endemik menyatu dengan perilaku/pola hidup masyarakat lokal. Mereka menganggap ikan endemik menjadi bagian kebudayaan dan dikonsumsi secara turun-temurun. Maka mereka juga memiliki kearifan lokal dalam menjaga kelestariannya.
Ketiga, secara ekologis dan klimatologi ikan endemik memiliki habitat hidup dan berkembang biak yang khas. Amat tidak mungkin ikan bilih, Danau Singkarak dikembangbiakan di Danau Poso. Inilah sumber kekhasan sumber daya genetiknya.

Keempat, lahan budi daya perikanan darat yang mengandung jenis ikan endemik belum dimanfaatkan secara optimal. Baru beberapa daerah yang memberdayakan dan memberdayakannya dengan pariwisata misalnya Danau Tondano, Danau Singkarak, Danau Poso dan Danau Sentani. Kelima, jenis ikan endemik harganya mahal karena rasanya unik, khas dan langka sehingga menjadi trade mark tersendiri bagi daerah itu. Contohnya, ikan semah (Tor tambra, Tor dourounensis dan Tor tambroides, Labeobarbus douronensis) dari Sungai Kapuas harganya sampai Rp 250.000/kg.

Enam Problem
Otonomi daerah dalam aspek perikanan dan kelautan tidak hanya dimaknai sebatas kewenangan pengelolaan wilayah laut oleh pemerintahan provinsi dan kabupaten/kota. Otonomi daerah juga harus dimaknai sebagai upaya mengelola dan mengembangkan perikanan darat utamanya ikan endemik yang terancam punah. Pemaknaan ini akan menciptakan kedaulatan pangan di tingkat lokalitas.

Berbagai problem mengancam keberlanjutan budidaya ikan endemik dan kelestariannya, yaitu pertama, ekspoitasi berlebihan. Contohnya, data tahun 1997 menyebutkan stok ikan Bilih mencapai 542,56 ton dan yang telah dieksploitasi sebesar 416,90 ton (77,84 persen). Ini menggambarkan sumberdaya ikan bilih sudah mengalami tangkap lebih.

Kedua, introduksi ikan lain yang bersifat predator dan kompetitor. Kasus introduksi ikan gabus toraja (Channa striata) di Danau Sentani, mengancam Ikan gabus asli Danau Sentani. Hal serupa juga terjadi di Danau Poso dan Malili di Sulawesi Tengah.

Ketiga, ancaman kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh kegiatan pertanian dan pembabatan hutan. Akibat kegiatan pertanian yang menggunakan pupuk anorganik, limpasannya masuk ke sungai dan danau, sehingga mencemari dan merusak habitat ikan endemik.
Hal serupa akan terjadi akibat pembabatan hutan di hulu sungai, tepi danau dan daerah tangkapan air. Penurunan populasi ikan endemik di sungai, danau maupun lubuk-lubuk di Kalimantan dan Sumatera bersumber dari aktivitas pertanian dan pembabatan hutan.

Keempat, proses sedimentasi yang disebabkan oleh limpasan lumpur dari aktivitas pertanian di tepi danau menyebabkan danau semakin dangkal. Juga, pembabatan hutan di hulu menyebabkan sungai mengalami pendangkalan. Otomatis proses sedimentasi yang semakin bertambah setiap tahunnya mengancam hilangnya habitat ikan endemik. Di Sungai Mahakam akibat sedimentasi sudah sulit mendapatkan ikan baung dan lais.

Kelima, penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan. Kasus yang terjadi di Danau Sentarum, Kalimantan Barat, yakni adanya penggunaan bubu warin (alat tangkap berukuran mata jaring < 0,5 cm sejak tahun 2000) menyebabkan turunnya populasi ikan di daerah ini. Keenam, penyediaan pakan ikan budidaya mengancam kelestarian ikan endemik. Pengembangan budidaya keramba mengancam ikan endemik Danau Sentarum karena pakannya diambil dari ikan–ikan kecil di danau ini.

Delapan Kebijakan
Melindungi sumber genetik plasmah nutfah dan mengembangkan budidaya perikanan darat berbasis ikan endemik memerlukan kebijakan strategis. Pertama, mengembangkan riset pemuliaan genetik ikan endemik. Hasil riset ini akan melahirkan bank genetik ikan endemik Indonesia, sekaligus melindungi plasma nutfahnya.

Kedua, mengembangkan pusat pembudidayaan ikan air tawar endemik yang mampu menyediakan bibit/benih secara massal baik untuk budi daya sungai maupun danau atau situ. Pusat-pusat ini dibangun daerah-daerah yang memiliki keunikan dan keunggulan tersendiri.

Ketiga, menerbitkan perangkat undang-undang sumberdaya genetik untuk menangkal pihak asing melakukan bio piracy terhadap komoditas endemik khas Indonesia. Hukum yang tersedia baru Keppres No. 43 Tahun 1978 yang menyatakan bahwa jenis ikan yang dilindungi di pulau Kalimantan dan Sumatera adalah arwana Super Red, Golden Red, Banjar Red, arwana Green (hijau) yang ditemukan di Taman Nasional Danau Sentarum dan Sungai Kapuas.

Keempat, melestarikan lingkungan kawasan perairan umum (daerah aliran sungai, danau, situ) dan tangkapan air yang mampu menjamin ketersediaan air tawar dan mencegah sedimentasi maupun pencemaran air. Prioritaskan bagi kawasan perairan umum yang sudah memiliki sumber daya ikan endemik dan terancam punah.

Kelima, mengembangkan alat tangkap yang ramah lingkungan dari segi jenis, ukuran, maupun variannya. Akan lebih baik menggunakan alat tangkap yang hanya menyeleksi ikan-ikan endemik yang masuk kategori layak konsumsi dan jual.

Keenam, menyeleksi introduksi ikan-ikan non-endemik yang bersifat predator, kompetitor dan pembawa penyakit yang nantinya mengancam kelangsungan hidup ikan endemik.

Ketujuh, menyeragamkan pangan berbasis ikan endemik, contohnya fillet, nugget, bakso ikan dan kerupuk ikan. Kedelapan, memberdayakan kelembagaan lokal dan kearifan masyarakat dalam membudidayakan ikan-ikan endemik.

Gagasan yang dipaparkan dalam tulisan ini merupakan langkah strategis dan politik untuk membangun paradigma baru dan merevitalisasi kebijakan budidaya perikanan yang selama ini cenderung mengabaikan perikanan darat.

Hal serupa berlaku juga bagi perairan umum lainnya yang sudah mengembangkan ikan air tawar berbasis waduk (Jatiluhur, Cirata), danau serta situ, demi pemenuhan pangan protein. Dengan demikian, bangsa ini akan berdaulat atas pangan yang bersumber dari ikan endemik, termasuk dalam penyediaan benih.

Penulis adalah Direktur Pusat Kajian Pembangunan Kelautan dan Peradaban Maritim.

Written By :  Muhamad Karim di Sinar-Harapan.com
Penulis adalah Direktur Pusat Kajian Pembangunan Kelautan dan Peradaban Maritim.



Post Comment

1 komentar:

  1. (Lembar Kerja ini digunakan untuk analisis di web yang dibuat)
    ANALISIS ARTIKEL CYBER EXTENSION

    Nama : Deriska Sri Asih
    NIM : 12/331471/PN/12660
    Golongan : A.3.1
    Kelompok : 11
    a. Adakah nilai penyuluhan
    • Sumber Teknologi / ide
    Ada, karena dalam artikel ini menjelaskan tentang keunggulan dan keunikan dalam pengembangan perikanan darat. Alasan yang pertama,yaitu perikanan darat memiliki potensi varitas/jenis yang bersifat endemik. Kedua, keberadaan ikan endemik menyatu dengan perilaku/pola hidup masyarakat lokal. Ketiga, secara ekologis dan klimatologi ikan endemik memiliki habitat hidup dan berkembang biak yang khas. Keempat, lahan budi daya perikanan darat yang mengandung jenis ikan endemik belum dimanfaatkan secara optimal.
    • Sasaran
    Artikel ini ditujukan pada dua sasaran. Sasaran langsung dan sasaran tidak langsung. Sasaran langsung ditujuka kepada para pelaku di bidang perikanan khususnya para petani ikan yang memegang peran penting dalam hal penyedia barang (ikan). Sasaran tidak langsung ditujukan untuk para anggota dewan pemerintahan tingkat provinsi dan kabupaten / kota.
    • Manfaat
    Manfaat yang didapat setelan membaca artikel ini yaitu saya dapat mengetahui keunggulan dan keunikan yang dimiliki sektor perikanan darat problem yang terjadi dalam beberapa daerah tentang kebijakan pemarintah daerah provinsi dan kabupaten/kota.
    • Nilai Pendidikan
    Setelah membaca artikel ini saya bisa mengetahui beberapa spesies ikan yang endemik pad beberapa daerah. Selain itu, saya juga bisa mengetahui beberapa kebijakan pemerintah daerah yang tidak tepat sasaran sehingga memunculkan beberapa problem.




    b. Sebutkan dan Jelaskan nilai berita yang terkandung dalam artikel
    1. Importance
    Dalam artikel ini dijelaskan bahwa perikanan darat budidaya sangat menjanjikan bagi para petani ikan. Artikel ini juga menjelaskan beberapa masalah dan kebijakan yang seharusnya dilakukan oleh pemerintah tingkat provinsi dan kabupaten/kota.
    2. Policy
    Artikel ini juga mengandung pesan tentang kebijakan yang harus dilakukan oleh pemerintah untuk melindungi jenis-jenis ikan yang hampir punah. Hal ini sesuai dengan Keppres no. 43 tahun 1978.
    3. Prominence
    Artikel ini ditulis dan disampaikan oleh direktur Pusat Kajian Pembangunan Kelautan dan Peradaban Maritim.
    4. Konsekuensi
    Tindakan atau kebijakan yang diambil oleh pemerintah pusat tentunya mempunyai beberapa dampak positif dan negatif. Salah satu contoh dampak positif yang ditimbulkan yaitu meningkatkan pendapatan suatu daerah dari segi pariwisata. dampak negatif yang ditimbulkan salah satu contohnya yaitu berkurangnya populasi ikan endemik karena terjadinya perubahan sifat ekologis habitat ikan yang disebabkan oleh terjadinya sedimentasi waduk (situ) atau danau dalam suatu daerah.
    5. Conflict
    Konflik yang terjadi yaitu mengurangnya populasi ikan endemik pada suatu daerah, kurangnya minat petani ikan untuk melakukan sistem perikanan budidaya darat, dan kurang tepatnya kebijakan yang dibuat pemerintah dalam suatu daerah untuk mendukung sektor perikanan budidayanya.

    BalasHapus