Kamis, 18 September 2014

Menjaga Performa Nila Unggulan

1 comment

Pembudidaya nila diimbau untuk tidak sembarangan membenihkan nila, supaya kualitas benih unggul tetap terjaga.

Budidaya ikan nila berkembang pesat di berbagai daerah. Salah satu indikasinya harga jual ikan introduksi asal Afrika tersebut yang terus menanjak. Data pasar ikan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menunjukkan, sampai akhir Juli 2014 harga nila di berbagai daerah mulai dari  Rp 12 ribu sampai Rp 25 ribu. Nila sudah jadi menu umum yang disajikan mulai dari warung nasi hingga restoran.

Meningkatnya budidaya nila, mendorong kebutuhan akan nila unggul. Diceritakan Direktur Perbenihan, Direktorat Jenderal Perikanan BudidayaKKP,Djumbuh Rukmono, pada 2002 upaya perbaikan genetik nila yang berasal dari nila gift mulai dilakukan berbagai pihak. Hingga saat ini sudah ada 13 strain nila  yang resmi dirilis KKP.

Ketigabelas nila tersebut meliputi nila JICA, nila Gesit, nila nirwana, nila Jatimbulan, nila BEST, nila larasati, nila nirwana II, nila sultana, nila srikandi, nila anjani, nila merah nilasa, nila jantan pandu dan kunti, serta nila salina. Nila-nila tersebut dikembangkan oleh balai-balai di bawah KKPsertaUnitPelaksana Teknis(UPT)di bawah dinas perikanan provinsi dan kabupaten/kota. ”Setiap strain nila tersebut memiliki keunggulan tersendiri sesuai dengan peruntukannya, seperti tahan penyakit, tumbuh cepat, dan bisa hidup di air payau,” ungkap Djumbuh kepada TROBOS Aqua.

Pengembangan nilaunggul di berbagai daerah, kata Djumbuh, dikoordinasikanmelalui broodstockcenter(pusat induk) nasional yang dikoordinir oleh Balai Besar Perikanan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi. “Setiap tahun dilakukan evaluasi,” kata Djumbuh.

Selain dibudidayakan untuk memenuhi konsumsi dalam negeri, lanjut Djumbuh, hasil budidaya semua strain nila tersebut juga diekspor ke luar negeri. Salah satu strain nila yang banyak diekspor ke luar adalah nila nirwana II yang dihasilkan oleh Balai Pengembangan Benih Ikan Air Tawar (BPBIAT) Wanayasa, Purwakarta, Jawa Barat. 

Hal yang perlu diingat, kata Djumbuh, setiap indukkan strain baru yang dibuat harus didiseminasikan secara baik oleh unit pelaksana teknis yang ada di daerah. ”Tujuannya agar pembudidaya ikan baik pembenih maupun pembudidaya pembesaran dapat memanfaatkan secara optimal nila unggul yang diproduksi dengan kualitas yang  selalu terjaga,” kata Djumbuh.

Sertifikasi Benih
Faktanya sifat mudah kawin pada nila yang dapat dijadikan kelebihan dalam kegiatan pemuliaan, ternyata dapatjugamenjadi problem besar jika tidak disikapi dengan baik. Menurut pakar budidaya perikanan dariDepartemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor, Irzal Effendi, nila yang dikawinkan terlalu muda mengakibatkan lambatnya pertumbuhan dan ukuran tubuh relatif kecil.

Untuk mengatasinya, kata Irzal, dapat dilakukan monosex culture atau membudidayakan nila satu jenis kelamin, baik jantan maupun betina saja sehingga tidak terjadi perkawinan dalam kolam. Monosex culture dapat dilakukan dengan memilih nila jantan dan betina secara mekanis atau dengan pemberian hormon, misalnya aromatase inhibitor, untuk mengarahkan ikan ke jenis kelamin jantan sejak dini.

Tantang lain yang dihadapi, kata Irzal, saat ini penyilangan nila di masyarakat sangat bebas dan tidak terkontrol. “Banyak pembudidaya yang coba-coba mengawinkan nila final stock (FS) atau benih sebar yang ukurannya besar dengan tujuan untuk mendapatkan keturunan yang ukurannya sama,” ujarnya. Penyilangan yang bersifatsporadis tersebut, akhirnya menghasilkan keturunan yang kualitasnya rendah.

Melihat adanya tantang menjaga kulitas induk nila unggul tersebut, Irzal berharap, pemerintah bertindak cepat untuk mencari solusinya. Ia menyarankan, cara yang dapat ditempuh adalah dengan dengan menunjuk balai-balai khusus untuk memproduksi induk sebar dan benih sebar. “Sementara, masyarakat atau swasta yang ingin memproduksi harus memiliki sertifikasi yang menunjukkan induk telah mengalami prosedur yang benar, sehingga layak dijadikan sebagai induk dan praktiknya harus diawasi oleh pemerintah,” tegas Irzal.

Sumber: http://www.trobos.com/2014/detail_berita.php?sid=4941&sir=12
Edisi-27/15 Agustus 2014 - 14 Sept 2014

Post Comment

1 komentar:

  1. diah cahyani/12761/A3.1/11
    A. nilai penyuluhan :
    • sumber teknologi/ide : ada.
    - nila yang dikawinkan terlalu muda mengakibatkkan lambatnya pertumbuhan dan ukuran tubuh relatif kecil. untuk mengatasi hal tersebut dilakukan Monosex culture atau membudidayakan nila satu jenis kelamin, baik jantan maupun betina saja sehingga tidak terjadi perkawinan dalam kolam. Monosex culture ini dapat dilakukan dengan memilih nila jantan betina secara mekanis atau dengan pemberian hormon, misalnya aromatase inhibitor untuk mengarahkan ikan ke jenis kelamin jantan sejak dini (irzal effendie, IPB).
    - irzal menyarankan cara yang ditempuh untuk penyilangan nila unggulan pada masyarakat yang terkontrol adalah dengan menunjuk balai balai khusus untuk memproduksi induk sebar dan benih sebar.

    • Sasaran : ada. *secara tidak langsung
    - Kata Djumbuh, hal yang perlu diingat setiap indukan strain baru yang dibuat harus didiseminasikan secara baik oleh unitnpelaksanaan teknis yang ada di daerah. Tujuannya agar npebudidaya pembesaran dapat memanfaatkan secara optimal nila unggulan yang diproduksi dengan kualitas yang selalu terjaga.
    - irzal menyarankan cara yang ditempuh untuk penyilangan nila unggulan pada masyarakat yang terkontrol adalah dengan menunjuk balai balai khusus untuk memproduksi induk sebar dan benih sebar.
    - masyarakat atau swasta yang ingin memproduksi induk sebar dan benih sebar harus memiliki sertifikasi yang menunjukkan induk telah mengalami prosedur yang benar, sehingga layak dijadikan sebagai induk dan praktiknya harus diawasi oleh pemerintah.

    • Manfaat : ada
    - Artikel ini bermanfaat untuk para pembudidaya nila khususnya. Sebab dalam artikel ini memberikan berbagai upaya untuk menghasilkan nila unggulan,sehingga menghasilkan nilai ekonomis yang tinggi. dan juga dapat mengetahui cara mencegah lambatnya pertumbuhan dan ukuran tubuh yang dihasilkan kecil karena sifat nila itu sendiri yang mudah cepat kawin, dengan monosex culture atau membudidayakan nila satu jenis kelamin, baik jantan maupun betina saja sehingga tidak terjadi perkawinan dalam kolam.

    • Nilai pendidikan : ada
    - Adanya teknologi atau cara monosex culture yang di bahas pada artikel ini diman monosex culture tersebut menambah pengetahuan bagi pembudidaya maupun pembaca artikel tersebut.

    B. Nilai-nilai berita :
    • Timelines : ada.
    Di posting pada hari kamis tanggal 18 september 2014
    • Importance : ada.
    Adanya cara untuk tidak menghasilkan nila yang berukuran kecil dengan cara monosex culture sebagai informasi untuk pembudidaya nila khususnya.
    • Proximity : ada.
    Membahas harga nila di berbagai daerah mulai dari Rp 12 ribu sampai Rp 25 ribu. Nila sudah jadi menu umum yang disajikan mulai dari warung nasi hingga restoran. (non fisik)
    • Prominence : ada.
    Direktur Perbenihan, Direktorat Jenderal Perikanan BudidayaKKP,Djumbuh Rukmono, mengatakan pada 2002 upaya perbaikan genetik nila yang berasal dari nila gift mulai dilakukan berbagai pihak.
    • Consequensce : ada.
    Sifat ikan nila yang mudah kawin mengakibatkan pembudidaya menghasilkan nila yang berukuran kecil.
    • Human interest : ada.
    Pembaca akan kaget karena mengetahui ikan nila bersifat mudah kawin.

    BalasHapus