Pembudidaya nila diimbau untuk tidak sembarangan membenihkan nila, supaya kualitas benih unggul tetap terjaga.
Budidaya
ikan nila berkembang pesat di berbagai daerah. Salah satu indikasinya harga
jual ikan introduksi asal Afrika tersebut yang terus menanjak. Data pasar ikan
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menunjukkan, sampai akhir Juli 2014
harga nila di berbagai daerah mulai dari Rp 12 ribu sampai Rp 25 ribu.
Nila sudah jadi menu umum yang disajikan mulai dari warung nasi hingga
restoran.
Meningkatnya budidaya nila,
mendorong kebutuhan akan nila unggul. Diceritakan Direktur Perbenihan,
Direktorat Jenderal Perikanan BudidayaKKP,Djumbuh Rukmono, pada 2002 upaya
perbaikan genetik nila yang berasal dari nila gift mulai dilakukan berbagai
pihak. Hingga saat ini sudah ada 13 strain nila yang resmi dirilis
KKP.
Ketigabelas nila tersebut meliputi
nila JICA, nila Gesit, nila nirwana, nila Jatimbulan, nila BEST, nila larasati,
nila nirwana II, nila sultana, nila srikandi, nila anjani, nila merah nilasa,
nila jantan pandu dan kunti, serta nila salina. Nila-nila tersebut dikembangkan
oleh balai-balai di bawah KKPsertaUnitPelaksana Teknis(UPT)di bawah dinas
perikanan provinsi dan kabupaten/kota. ”Setiap strain nila tersebut
memiliki keunggulan tersendiri sesuai dengan peruntukannya, seperti tahan
penyakit, tumbuh cepat, dan bisa hidup di air payau,” ungkap Djumbuh kepada
TROBOS Aqua.
Pengembangan nilaunggul di berbagai
daerah, kata Djumbuh, dikoordinasikanmelalui broodstockcenter(pusat
induk) nasional yang dikoordinir oleh Balai Besar Perikanan Budidaya Air Tawar
(BBPBAT) Sukabumi. “Setiap tahun dilakukan evaluasi,” kata Djumbuh.
Selain dibudidayakan untuk memenuhi
konsumsi dalam negeri, lanjut Djumbuh, hasil budidaya semua strain nila
tersebut juga diekspor ke luar negeri. Salah satu strain nila yang
banyak diekspor ke luar adalah nila nirwana II yang dihasilkan oleh Balai
Pengembangan Benih Ikan Air Tawar (BPBIAT) Wanayasa, Purwakarta, Jawa
Barat.
Hal yang perlu diingat, kata
Djumbuh, setiap indukkan strain baru yang dibuat harus didiseminasikan
secara baik oleh unit pelaksana teknis yang ada di daerah. ”Tujuannya agar
pembudidaya ikan baik pembenih maupun pembudidaya pembesaran dapat memanfaatkan
secara optimal nila unggul yang diproduksi dengan kualitas yang selalu
terjaga,” kata Djumbuh.
Sertifikasi Benih
Faktanya sifat mudah kawin pada nila
yang dapat dijadikan kelebihan dalam kegiatan pemuliaan, ternyata
dapatjugamenjadi problem besar jika tidak disikapi dengan baik. Menurut pakar
budidaya perikanan dariDepartemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Institut Pertanian Bogor, Irzal Effendi, nila yang dikawinkan terlalu
muda mengakibatkan lambatnya pertumbuhan dan ukuran tubuh relatif kecil.
Untuk mengatasinya, kata Irzal,
dapat dilakukan monosex culture atau membudidayakan nila satu jenis
kelamin, baik jantan maupun betina saja sehingga tidak terjadi perkawinan dalam
kolam. Monosex culture dapat dilakukan dengan memilih nila jantan dan
betina secara mekanis atau dengan pemberian hormon, misalnya aromatase
inhibitor, untuk mengarahkan ikan ke jenis kelamin jantan sejak dini.
Tantang lain yang dihadapi, kata
Irzal, saat ini penyilangan nila di masyarakat sangat bebas dan tidak
terkontrol. “Banyak pembudidaya yang coba-coba mengawinkan nila final stock
(FS) atau benih sebar yang ukurannya besar dengan tujuan untuk mendapatkan
keturunan yang ukurannya sama,” ujarnya. Penyilangan yang bersifatsporadis
tersebut, akhirnya menghasilkan keturunan yang kualitasnya rendah.
Melihat adanya tantang menjaga
kulitas induk nila unggul tersebut, Irzal berharap, pemerintah bertindak cepat
untuk mencari solusinya. Ia menyarankan, cara yang dapat ditempuh adalah dengan
dengan menunjuk balai-balai khusus untuk memproduksi induk sebar dan benih
sebar. “Sementara, masyarakat atau swasta yang ingin memproduksi harus memiliki
sertifikasi yang menunjukkan induk telah mengalami prosedur yang benar,
sehingga layak dijadikan sebagai induk dan praktiknya harus diawasi oleh
pemerintah,” tegas Irzal.
Sumber: http://www.trobos.com/2014/detail_berita.php?sid=4941&sir=12
Edisi-27/15 Agustus 2014 - 14 Sept 2014
diah cahyani/12761/A3.1/11
BalasHapusA. nilai penyuluhan :
• sumber teknologi/ide : ada.
- nila yang dikawinkan terlalu muda mengakibatkkan lambatnya pertumbuhan dan ukuran tubuh relatif kecil. untuk mengatasi hal tersebut dilakukan Monosex culture atau membudidayakan nila satu jenis kelamin, baik jantan maupun betina saja sehingga tidak terjadi perkawinan dalam kolam. Monosex culture ini dapat dilakukan dengan memilih nila jantan betina secara mekanis atau dengan pemberian hormon, misalnya aromatase inhibitor untuk mengarahkan ikan ke jenis kelamin jantan sejak dini (irzal effendie, IPB).
- irzal menyarankan cara yang ditempuh untuk penyilangan nila unggulan pada masyarakat yang terkontrol adalah dengan menunjuk balai balai khusus untuk memproduksi induk sebar dan benih sebar.
• Sasaran : ada. *secara tidak langsung
- Kata Djumbuh, hal yang perlu diingat setiap indukan strain baru yang dibuat harus didiseminasikan secara baik oleh unitnpelaksanaan teknis yang ada di daerah. Tujuannya agar npebudidaya pembesaran dapat memanfaatkan secara optimal nila unggulan yang diproduksi dengan kualitas yang selalu terjaga.
- irzal menyarankan cara yang ditempuh untuk penyilangan nila unggulan pada masyarakat yang terkontrol adalah dengan menunjuk balai balai khusus untuk memproduksi induk sebar dan benih sebar.
- masyarakat atau swasta yang ingin memproduksi induk sebar dan benih sebar harus memiliki sertifikasi yang menunjukkan induk telah mengalami prosedur yang benar, sehingga layak dijadikan sebagai induk dan praktiknya harus diawasi oleh pemerintah.
• Manfaat : ada
- Artikel ini bermanfaat untuk para pembudidaya nila khususnya. Sebab dalam artikel ini memberikan berbagai upaya untuk menghasilkan nila unggulan,sehingga menghasilkan nilai ekonomis yang tinggi. dan juga dapat mengetahui cara mencegah lambatnya pertumbuhan dan ukuran tubuh yang dihasilkan kecil karena sifat nila itu sendiri yang mudah cepat kawin, dengan monosex culture atau membudidayakan nila satu jenis kelamin, baik jantan maupun betina saja sehingga tidak terjadi perkawinan dalam kolam.
• Nilai pendidikan : ada
- Adanya teknologi atau cara monosex culture yang di bahas pada artikel ini diman monosex culture tersebut menambah pengetahuan bagi pembudidaya maupun pembaca artikel tersebut.
B. Nilai-nilai berita :
• Timelines : ada.
Di posting pada hari kamis tanggal 18 september 2014
• Importance : ada.
Adanya cara untuk tidak menghasilkan nila yang berukuran kecil dengan cara monosex culture sebagai informasi untuk pembudidaya nila khususnya.
• Proximity : ada.
Membahas harga nila di berbagai daerah mulai dari Rp 12 ribu sampai Rp 25 ribu. Nila sudah jadi menu umum yang disajikan mulai dari warung nasi hingga restoran. (non fisik)
• Prominence : ada.
Direktur Perbenihan, Direktorat Jenderal Perikanan BudidayaKKP,Djumbuh Rukmono, mengatakan pada 2002 upaya perbaikan genetik nila yang berasal dari nila gift mulai dilakukan berbagai pihak.
• Consequensce : ada.
Sifat ikan nila yang mudah kawin mengakibatkan pembudidaya menghasilkan nila yang berukuran kecil.
• Human interest : ada.
Pembaca akan kaget karena mengetahui ikan nila bersifat mudah kawin.